2013/10/14

Beautiful Love

Cast: Niki, Kevin, Mira
Genre: Romance, Teen
OneShoot
Recomended song: Love Love Love by Roy Kim
Setiap kali aku melihatnya tersenyum, berjalan, caranya bicara dan caranya menatapku. Semua itu sudah seperti obat bagiku. Ingin aku mendekati dan menyapanya. Tapi itu tidak mungkin karena perbedaan di antara kita yang begitu mencolok. Aku tidak ingin dia tersakiti jika aku mendekatinya. Setiap melihatnya berjalan dan memandang wajah manisnya, jantungku terus berdegub sangat cepat. Entah apa yang terjadi padaku saat ini.
Dia adalah gadis pindahan dari kota lain yang masuk ke sekolahku. Dia masuk di tahun pertama sedang aku berada di tahun kedua.  Sejak pertama kali melihatnya di ruang guru kurasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ini mungkin konyol tapi itu benar. Pikiranku tidak bisa lepas darinya. Wajahnya selalu muncul di kepalaku meski aku sudah berusaha untuk mengalihkan perhatianku.
Dia memiliki rambut yang tergurai panjang di punggungnya. Matanya bersinar dan bibir mungilnya tak pernah lepas dari senyum manis saat ia sedang berbicara. Terlihat dari gesture tubuhnya, dia sangat lincah dan periang. Tapi ada satu pertanyaan yang selalu melayang dibenakku. Apakah dia sudah mempunyai kekasih? Apa dia menyadari kehadiranku? Apa aku bisa menjadi bagian dari hidupnya? Apa aku bisa membuatnya melihatku?
Beribu pertanyaan muncul dalam waktu bersamaan. Pertanyaan yang menuntut jawaban yang belum jelas baginya. Besok adalah hari festival sekolah yang diadakan setiap tahun sekali. Setiap kelas entah itu kelas senior atau pun junior, mereka akan bersatu padu untuk memeriahkan acara festival.
Mungkin ini kesempatan bagiku untuk mendekatinya. Oh Tuhan, tolong bantu aku. Beri aku kekuatan untuk bisa menatap wajahnya karena jantung ini tak pernah berhenti melonjak-lonjak saat melihatnya. Aku takut jika dia bisa mendengar degub jantungku.
***
Entah mengapa sejak pertama aku masuk sekolah ini, aku merasa seperti sedang diawasi. Tapi oleh siapa? Begitu banyak orang disekelilingku. Aku tak bisa menuduh sembarangan. Tapi ada satu orang yang menarik perhatianku. Dia seorang siswa laki-laki bertubuh jangkung, berkulit putih serta rambut hitam yang acak-acakan. Dia masuk di tahun kedua sekolah itu.
Siapa dia? Kenapa setiap aku melihatnya mata kami selalu bertemu? Apa dia juga melihatku? Aku selalu mencari kesempatan barang kali aku bisa melihat wajah tampannya. Namun, setiap kali kami bertemu pandang, jantungku berpacu terlalu cepat sampai aku takut kalau-kalau dia akan meloncat dari dadaku. Perutku mulas dan keringat dingin selalu mengucur menuruni punggungku. Aku sedikit merasa risih merasakan sensasi yang tidak biasa itu.
Mau tidak mau aku harus membiarkan diriku untuk berpura-pura tidak melihatnya. Kucoba fokuskan pikiranku hanya kepada pelajaranku saja. Tapi, dia selalu hadir di setiap mimpiku. Aku hampir gila karena dia.
Jika suatu saat kami bisa bertemu mungkin aku akan menyuruhnya keluar dari pikiranku.
***
Matahari sudah berada di puncaknya. Semua murid di sekolah itu pun sudah sibuk dengan dekorasi gedung luar sekolah dan gedung dalam sekolah. Mereka membuat stan-stan di sepanjang jalan setapak di taman sekolah itu. Mereka menggunakannya sebagai bazar pada saat acara.
“Niki, bisa kau ambilkan kotak itu”, pinta seorang gadis kepada Niki. Niki mengangguk dan berjalan ke arah kotak yang ditunjuk Mira. Dilihatnya isi kotak itu dan menghela napas panjang sebelum mengangkatnya.
Tangannya tertahan saat melihat tangan seorang sudah mengangkat kotak itu. Dilihatnya siapa orang itu dan dia membelalak. Seorang laki-laki yang selalu mengusik hidupnya tiba-tiba sudah berada tepat di hadapannya. Senyum manisnya mengembang di sudut bibirnya. Niki hanya terbengong tanpa merespon sedikit pun.
“Hei, kau tak apa? Kotak ini cukup berat jadi aku saja yang membawanya”, ujar laki-laki itu. Niki tersentak dan mengerjap-erjapkan matanya. “Ah ya, terima kasih tapi tidak usah karena aku bisa sendiri”, sergah Niki gelagapan. Tangannya hendak mengambil kotak itu tapi laki-laki itu melangkah mundur.
“Tidak apa. Biar aku saja yang membawanya”, paksa laki-laki itu. Niki terdiam. “Namaku Kevin”, kata Kevin memperkenalkan diri. “Ah, aku, Nikita. Tapi kau bisa memanggilku Niki jika kau mau”, Niki tersenyum. Kevin pun membalasnya dan mulai berjalan ke arah stan kelas Niki.
Mereka berjalan dalam diam sambil sesekali mencuri pandang. Setelah sampai, Niki menyuruh Kevin meletakkannya di sudut stan. Kevin menghela napas berat dan sedikit meregangkan otot-ototnya. “Maaf merepotkanmu”, kata Niki. “Tidak apa”, sahut Kevin tersenyum. “Ah, kau mau minum?” tanya Niki sambil berjalan mengambilkan segelas air untuk Kevin.
Niki memberikan gelas itu pada Kevin dan tangan mereka pun bertemu. Mereka saling bertemu pandang sebentar sebelum akhirnya Kevin menarik gelas itu.
Hari telah menjelang sore. Seluruh persiapan telah siap. Tinggal menunggu menit-menit terakhir festival dimulai. Seluruh murid boleh mengundang siapa saja karena festival ini diadakan untuk umum. Festival ini juga digunakan untuk mempromosikan sekolah mereka pada masyarakat sekitar.
Sudah satu jam berlalu. Seluruh taman sekolah itu sudah penuh sesak dengan orang-orang yang ingin menikmati festival. Terdapat musik yang mengalun indah dan juga hiburan-hiburan menarik lainnya.
Stan Niki begitu ramai sampai tak ada waktu untuk beristirahat sampai Mira berkata,”Niki, kau istirahatlah dulu. Biar aku yang menggantikanmu.” “Baik. Tolong ya.” Niki pun bisa bernapas lega meskipun sebentar.
Dia mencoba untuk berjalan melihat stan-stan dari kelas lain. Mereka sungguh atraktif dan penuh dengan kreasi. Senang melihat banyak orang yang datang berkunjung. Langkahnya terhenti saat dia mendengar seseorang memanggil namanya.
“Niki!” Niki menoleh dan menemukan Kevin yang sudah ngos-ngosan mengejar Niki. Niki terheran melihat sosok Kevin yang terengah-engah seperti itu. “Huft, jalanmu cepat juga”, katanya. “Kau tak apa?” tanya Niki khawatir melihat keringat mengucur deras dari wajah tampannya. “Huh, tidak apa. Kau mau em, apa kau, em ah...” Niki mengernyitkan kening tanda tidak mengerti apa yang Kevin coba katakan padanya. “Ya?” “Huft, panas sekali ya disini”, kata Kevin akhirnya sambil mengipas wajahnya dengan kedua tangannya.
“Ah? Iya”, sahut Niki sedikit kecewa. Tanpa disadari Niki, Kevin melihat raut wajah Niki yang sedikit murung. Entah mengapa hati Kevin tergerak untuk menghibur Niki. Dia tidak ingin melihat ekspresi itu di wajah cantik Niki. Kevin pun memberanikan diri menarik tangan Niki dan mengajaknya jalan keluar dari kerumunan masa itu.
***
Deg...jantungku serasa berhenti saat tangan itu menyentuh tanganku. Dia menarikku keluar dari kerumunan orang-orang. Aku ingin tahu apa yang sedang dia pikirkan. Kenapa tangannya begitu hangat. Aku tidak ingin melepas tangan ini. Aku ingin tangan ini selalu menggenggam tanganku.
Kulihat ekspresi wajahnya. Kutertegun karena baru kali ini aku melihat wajahnya yang serius. Dia berjalan di depanku tanpa melihatku. Dia menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya dengan lembut. Aku terpukau melihatnya. Semua yang dia lakukan selalu sukses menggetarkan hatiku yang sudah lama vakum.
Setelah kami keluar dari kerumuman banyak itu, aku melihat sekeliling mencari tahu kemana Kevin membawaku. Butuh waktu bagiku untuk mencerna dimana tempatku berdiri. Bukankah ini di gedung olahraga? Tepatnya di gudang penyimpanan alat-alat olahraga. Terlihat dari tempatku berdiri cahaya terang benderang dari arah festival. Baru kusadari tempat itu seperti lautan manusia. Aku menghela napas singkat sebelum akhirnya Kevin memulai pembicaraan.
“Tempat itu seperti pasar menurutku”, Kevin terkekeh sambil memandang ke arah festival berlangsung. “Huft, Niki ...”
***
Kutelan ludahku dengan susah payah. Berdiri tepat disamping gadis yang aku suka begitu menyiksaku. Hatiku tak tenang. Aku takut jika aku mengucapkan sesuatu yang salah ataupun bertindak yang salah. Aku tidak ingin dia memandangku buruk. Aku hanya ingin dia tahu perasaanku padanya.
Hal yang mustahil aku lakukan akan kulakukan malam ini juga. Semua kemungkinan terburuk aku siap menerimanya. Kumenghela napas berat sambil menatap ke arah festival karena aku tak sanggup menatap kedua mata mungilnya. Aku harus menghentikan ini semua.
“Huft, Niki kau lihat kerumunan orang banyak itu?” tanyaku. “Hm, iya aku melihatnya”, jawab Niki tersenyum gugup. “Begitu banyak orang disana berebut untuk mendapatkan apa yang mereka mau.” Aku memberi jeda akan pernyataanku berharap susunan kalimatku benar.
“Lihatlah di stan kelasku. Kau lihat disana orang-orang sedang berjuang untuk mendapatkan hadiah utama.” Niki melihat ke arah stan Kevin yang dipenuhi dengan orang-orang. Terlihat sebuah boneka beruang besar yang berlabel “limited edition”. Dan memang boneka itu sedang menjadi tren di kalangan remaja cewek dan persediaannya terbatas. Beruntung kelas Kevin mendapatkan boneka itu.
“Mereka berjuang begitu keras. Tapi hanya ada satu yang akan mendapatkan hadiah utama itu”, lanjutku lalu melayangkan pandanganku ke mata indah Niki. Jantungku yang berderap kencang tidak kuhiraukan lagi. Aku ingin mengenal Niki lebih dalam lagi. Aku ingin dia menjadi milikku sebelum orang lain memilikinya.
“Apa aku bisa memiliki hadiah utama itu?” tanyaku penuh arti.
***
“Apa aku bisa memiliki hadiah utama itu?” tanya Kevin dengan suara lembutnya. Niki hanya bisa memandang dari bilik mata sendu Kevin. Entah apa yang Kevin pikirkan tentangnya. Tak sedetik pun mereka melepaskan pandangan.
“Kau bisa memiliki hadiah utama itu”, sahut Niki sedikit berbisik. “Benarkah? Kalau begitu apakah aku bisa memiliki hatimu?” tanya Kevin langsung ke topik. Mata Niki membelalak lebar mendengar pertanyaan Kevin yang tiba-tiba itu.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Kevi meraih tangan Niki. Dengan lembutnya Kevin menggenggam tangan Niki lalu setengah berlutut di hadapan Niki. Tanpa melepas tangan Niki, Kevin berkata,”Aku mau kau menjadi milikku. Aku tahu kalau kita tidak pernah berbincang-bincang maupun berteman. Tapi aku selalu melihatmu seakan kita telah memiliki hubungan. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Semuanya hanya tentang kau, Niki.” Niki terdiam mendengar pengakuan Kevin. Ditengah festival yang berlangsung Kevin menyatakan perasaannya.
“Apa kau mau menjadi kekasihku, Niki?” tanya Kevin dengan seluruh kekuatan yang tersisa. Niki terpaku mendengar pertanyaan utama Kevin. Menjadi kekasihnya adalah hal yang selalu diinginkannya dan inilah saatnya itu terjadi. Dia pun tahu jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Kevin pun selama ini melihatnya seperti halnya dirinya yang selalu melihat Kevin.
Kevin melihat Niki penuh harap. Berharap perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Jantung berdetak semakin kencang menunggu jawaban Niki yang lumayan lama itu. Apa mungkin dia tidak menyukainya? Ataukah dia sudah memiliki kekasih lain? Baiklah, Kevin sudah tidak peduli tentang itu. Dia sudah siap menerima jawaban terburuk dari Niki. Meskipun sakit tapi dia akan bertahan.
“Jangan pernah diam-diam melihatku lagi”, kata Niki akhirnya. Sekarang ganti Kevin yang membelalak. Pada akhirnya penolakan yang ia dapat. Kevin tak sanggup lagi terus menatap Niki. Kepalanya tertunduk dan dahinya mengerut. Napasnya sesak dan seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga. Beginilah rasanya ditolak oleh orang yang selama ini dia sukai. Begitu sakit hati ini.
Niki menarik tangannya dari genggaman Kevin. Kevin pun pasrah tangan Niki terlepas dari genggamannya. Tanpa mengubah posisinya, Kevin berharap jika ini semua hanyalah mimpi.
Tiba-tiba tangan Niki menyentuh lembut wajah Kevin yang tertunduk. Kevin terkesiap menyadari tangan Niki menyentuh wajahnya. Begitu hangat dan lembut. Perlahan tapi pasti Kevin mengangkat wajahnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Niki yang menangis bahagia. Kevin mengerutkan alisnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Kau membuatku takut. Aku takut kehilangan dirimu. Saat inilah yang selalu kutunggu-tunggu sejak pertama kali kita bertemu. Pikiranku pun tak pernah lepas darimu. Apa kita bisa bersama ataukah tidak? Apa kau mempunyai perasaan yang sama ataukah tidak? Pertanyaan yang aku tidak berani mengetahui jawabannya. Dan sekarang kau disini, aku tidak akan melepasmu lagi”, aku Niki.
Kevin pun meraih tangan Niki dan berdiri. Ditariknya tangan Niki hingga tubuh Niki berada dipelukan Kevin. Mereka saling berpelukan. Dilepaskannya pelukan itu dan mereka saling bertatapan. “Terima kasih”, ucap Kevin bahagia. Niki menggelengkan kepalanya,”Akulah yang seharusnya berterima kasih.”

End~

Hope you like my story :) God bless and have a nice day... 

No comments:

Post a Comment