2013/10/14

OKKAPS and MAPELKA

OKKAPS adalah sistem pengenalan pada mahasiswa baru akan universitas yang akan mereka masuki. OKKAPS juga sering disebut sebagai ospek. Author baru saja selesai mengikuti ospek dan mapelka di universitas author sebagai maba (mahasiswa baru). Ospek dilaksanakan selama 5 hari. Sedangkan mapelka dilaksanakan selama 3 hari.
Baiklah sekarang author akan berbagi pengalaman kepada friends sekalian nih J disimak ya J cekidot...
Baiklah hari pertama author dan teman-teman panggil saja kami, hanya menerima materi dari dekan fakultas. Dia mengenalkan sedikit mengenai universitas sekaligus memberi gambaran tentang kuliah. Disaat yang sama pula ada pengenalan dari kakak senior yang akan menjadi pendamping kami selama OKKAPS berlangsung.
Hari itu pun selesai dengan baik. Tapi tidak hanya itu. Setelah pemberian materi oleh dekan berakhir, kakak senior memberi materi lagi yang tidak lain tidak bukan adalah barang-barang yang harus dibawa untuk besok. Barang yang wajib dibawa tidak satu-dua melainkan lebih dari sepuluh barang. Kami sempat bingung harus mulai dari mana.
Kami sempat frustasi saat itu karena dari baju sampai alas kaki, kami belum punya. Good job untuk kami semua. Kami orang asing di kota asing yang tidak tahu dimana tempat perbelanjaan yang murah dan terjangkau. Tapi puji Tuhan, teman satu kos yang kebetulan mengambil jurusan yang sama tahu tempat-tempat untuk membeli keperluan. Nah, pergilah kami para maba yang satu kos tapi di fakultas yang sama yaitu ekonomi.
Kami pergi ke perbelanjaan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kos kami. Setelah sampai, tibalah bagi kami saat berburu. Mulai dari baju, sepatu, bawahan, serta barang-barang lainnya yang bisa dibilang aneh. Jujur, kami tidak sempat mandi saat itu karena kami khawatir jika kami tidak bisa mengumpulkan semua barang yang diminta.
Kami kembali ke kos dengan semua buruan kami pada jam hampir 9 malam. Dan author pun harus nge-print artikel yang harus diserahkan besok. Author pun pergi ke warnet terdekat, keberuntungan memang tidak berada dipihak author saat itu L banyak pengunjung yang antre ingin nge-print dan itu memakan waktu 1 jam. Jam 10 author baru kembali ke kos dan itu pun author harus mempersiapkan untuk besok.
Entahlah author tidak seberapa ingat tidur jam berapa tapi yang pasti author sangat teramat lelah. Tidur pun serasa hanya numpang memejamkan mata sesaat. Jam 4 pagi kami bangun dan segera bersiap karena sebelum jam 5 kami sudah harus berkumpul di lapangan fakultas.
Terkejutlah kami karena kami pikir OKKAPS kali ini tidak akan di”gembleng”. Tapi perkiraan kami salah besar. Beberapa meter dari pintu gerbang fakultas sudah berdiri kakak senior yang memakai pita merah di lengan kanannya.
Dengan kerasnya dia berteriak,”LARI!”
Terkesiaplah kami, dan mau tidak mau kami harus berlari hingga masuk ke lapangan. Tidak hanya satu melainkan banyak kakak senior berpita merah yang sudah siap untuk mengeksekusi kami para maba.
Kami dibariskan di lapangan dan mereka berteriak,”TUNDUK!” dan itu artinya kepala kami harus menghadap ke bawah. Sungguh hal yang menyebalkan.
Mereka menyebutnya sidak. Semua barang bawaan kami harus dikeluarkan. Mereka satu persatu mengecek apakah sudah membawa semua atau belum. Bagi yang tidak membawa harus maju ke depan membuat barisan sendiri. Kami pun “diteriaki” oleh mereka. “Kenapa kalian tidak membawa?!” tanya mereka dengan nada suara keras. Teman kami pun hanya bisa diam menaggapi pertanyaan mereka. Kami seperti anak kecil yang harus tunduk pada yang lebih besar.
Jika ingatan author tidak salah kami diberi materi juga dihari itu.
Pada jam makan siang, kami di tempatkan dalam satu kelas. Kami bisa dibilang bersenang-senang saat itu. Sampai pada saat si pita merah masuk dengan menendang pintu kelas. Kami tentu saja shock jantung. Bayangkan saja kami sedang asyiknya mengobrol dengan kakak pendamping dan tiba-tiba saja pintu terbuka dengan suara seperti petir sedang menyambar.
Kami pun disidak lanjut. Semua barang kami dikeluarkan semua dan diperiksa satu persatu. Maba yang membawa barang yang tidak sesuai wajib maju. Dan mereka pun dibawa keluar untuk mendapat wejangan yang pahit. Dengan bentakan tentu saja.
Setelah itu kami diberi materi untuk barang yang harus dibawa besok. Barang yang harus dibawa pun tidak sedikit jumlahnya malah semakin banyak. Bagaimana tidak kami frustasi dengan tindakan si pita merah?
Kami pun pulang sekitar jam 3-4 sore. Kami terpaksa tidak kembali ke kos melainkan berburu barang lagi hingga malam. Dan lagi-lagi kami tidak mandi. :P tapi jangan salah, kami tetap mandi meskipun sudah jam 9-10 malam. TT
Keesokan paginya, sama seperti kemarin.
Jika ingatan author benar selama OKKAPS kami para maba hanya diberi materi seputar kampus. Dan kami dipisah dalam beberapa kelompok. Disetiap kelompok wajib membuat yel-yel kreatif untuk diadu dengan kelompok lain.
Masih dengan cara yang sama di jam makan siang para pita merah masuk dengan menendang pintu hingga pintu itu hampir rusak, pikir author :P sidak pun tetap berlanjut.
Begitu seterusnya sampai pada hari terkahir OKKAPS.
Kami dari seluruh fakultas dikumpulkan manjadi satu di sebuah gedung. Didalamnya sudah berdiri rapi stan-stan unit kegiatan mahasiswa atau biasa disebut UKM. Kami akhirnya isa merasa santai meskipun si pita merah berada di tengah-tengah kami para maba. Seluruh UKM tampil disebuah panggung untuk unjuk kebolehan dari UKM-nya.
Kami pun bersenang-senang disana dan dari setiap fakultas menampilkan kreasi yang pastinya seru serta menarik.
OKKAPS pun selesai.
Tapi penderitaan kami belumlah usai. Masih ada acara MAPELKA.
Mapelka diadakan di daerah pegunungan di kota kami. Kami kumpul di lapangan pagi-pagi buta. Seperti biasa kami wajib membawa barang-barang. Dan seperti biasa juga diadakan sidak pagi hari.
Kami pikir si pita merah sudah musnah tapi kami salah. Justru si pita merah yang mengomando kami. Sungguh malang nasib kami L
Tak selesai sampai disitu. Kami harus menaiki sebuah truk untuk menuju tempat perkemahan. Ya, mapelka seperti camping hanya saja tidak seseru camping yang sebenarnya :P
Perjalanan memakan waktu 1-2 jam. Bayangkan saja kami berdiri di truk yang jalannya bisa dibilang kasar. Kami tahu sekarang bagaimana perasaan si sapi saat dibawa menggunakan truk J
Sesampainya disana kami harus berjalan menju tenda yang sudah siap pakai di tengah tanah lapang. Ada 4 tenda. 2 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan. Kami pun dibariskan dan dibagi sesuai dengan tenda. Setelah itu kammi diperintakan untuk beristirahat.
Selama mapelka kami lebih banyak istirahat dari pada kegiatan. Jujur author pernah mengalami yang lebih parah dari mapelka ini. Author akan menceritakan pengalaman author di lain kesempatan J
Kami diberi makan 3 kali sehari. Tidak di OKKAPS maupun mapelka si pita merah selalu keras. Tapi entah mengapa, atau hanya perasaan author saja si pita merah melunak pada kami.
Jika kami ingin ke kamar kecil, kami dikawal serta tak diberi kesempatan privasi. Kami terpaksa harus berlima dalam satu kamar mandi. Kita diajarin untuk jorok, pikir author :P JustKid.
Tak hanya itu, kami harus dan wajib bangun di pagi buta dengan suhu paling rendah di gunung itu. Kami semua hampir menggigil. Dinginnya melebihi suhu terendah AC dirumah. Baru pertama kali author menggigil sedemikian hebat seperti itu. Serta kami mau tidak mau harus makan dalam gelap tanpa cahaya sedikit pun. Jadi bisa diartikan kami tidak tahu apa yang kami makan pada malam hari. >.<
Sekali lagi kami dibagi dalam beberapa kelompok dan membuat yel-yel serta mempersiapkan persembahan untuk malam api unggun seperti pentas seni.
Malam terakhir kami disuruh tidur cepat. Kami pun tidur karena kami kelelahan. Tapi pada saat tengah malam, tidak tahu jam berapa, kami semua di”gebrak” untuk bangun dan keluar dengan cuaca sedingin kutub utara.
Kami pun dipisahkan maksudnya kami disuruh untuk keliling hutan ke pos-pos yang sudah disiapkan oleh kakak panitia. Tanpa berbekalkan senter, karena semua senter diambil oleh “mereka”. Kami pun terpaksa jalan dalam gelap sambil bergandengan tangan. Jalanan begitu curam dan sempat salah satu dari teman kami hampir terjatuh ke jurang.
Kami diberi hanya satu buah senter dengan baterai terbatas. Jika tidak berhemat maka matilah kita di hutan >.</
Untunglah kelompok kami memiliki ketua yang cepat tanggap dan tangkas sehingga semua dari kami bisa sampai ke pos terakhir dengan semangat meskipun ada kejadian lucu dan memalukan yang tidak akan author ceritakan disini.
Nah, keesokan paginya kami masih harus “nyebur”, basah-basahan di salah satu bendungan air di gunung itu. Dengan air sedingin es kami menyelupkan kaki kami sampai ke atas lutut. Dengan ketua kami di depan menyuarakan sumpah mahasiswa. Ya, kami sama-sama menyuarakan sumpah mahasiswa dalam keadaan setengah basah. Bbbrrrrr......
Setelah itu kami kembali ke tenda dan merapikan semua barang kami. Maka naiklah kami ke kendaraan mewah kami yaitu truk. Semua barang dinaikkan lalu kami para manusia naik. Kkkkk~
Dengan panas matahari yang tak tertahankan kami pulang kembali ke kampus. Tak terbayangkan betapa kotornya muka kami saat turun dari truk. Penuh dengan debu hitam dan kotoran.
Kami tak serta merta pulang. Kami harus menunggu barang-barang kami yang tersita serta mengenalan terhadap si pita merah. Kamilah yang berkuasa disini. Si pita merah tidak akan pernah kami maafkan. Kkkkkk~ tapi toh kami maafkan juga....hahahaha :P

Baiklah friends, itulah sedikit dari pengalaman author yang bisa author bagikan pada kalian semua. Semoga info ini dapat berguna dan bisa bermanfaat bagi friends sekalian. God bless and have a nice day J

No comments:

Post a Comment