OKKAPS adalah sistem pengenalan pada
mahasiswa baru akan universitas yang akan mereka masuki. OKKAPS juga sering
disebut sebagai ospek. Author baru saja selesai mengikuti ospek dan mapelka di
universitas author sebagai maba (mahasiswa baru). Ospek dilaksanakan selama 5
hari. Sedangkan mapelka dilaksanakan selama 3 hari.
Baiklah sekarang author akan berbagi
pengalaman kepada friends sekalian nih J disimak ya J cekidot...
Baiklah hari pertama author dan
teman-teman panggil saja kami, hanya menerima materi dari dekan fakultas. Dia
mengenalkan sedikit mengenai universitas sekaligus memberi gambaran tentang
kuliah. Disaat yang sama pula ada pengenalan dari kakak senior yang akan
menjadi pendamping kami selama OKKAPS berlangsung.
Hari itu pun selesai dengan baik.
Tapi tidak hanya itu. Setelah pemberian materi oleh dekan berakhir, kakak
senior memberi materi lagi yang tidak lain tidak bukan adalah barang-barang
yang harus dibawa untuk besok. Barang yang wajib dibawa tidak satu-dua
melainkan lebih dari sepuluh barang. Kami sempat bingung harus mulai dari mana.
Kami sempat frustasi saat itu karena
dari baju sampai alas kaki, kami belum punya. Good job untuk kami semua. Kami
orang asing di kota asing yang tidak tahu dimana tempat perbelanjaan yang murah
dan terjangkau. Tapi puji Tuhan, teman satu kos yang kebetulan mengambil
jurusan yang sama tahu tempat-tempat untuk membeli keperluan. Nah, pergilah
kami para maba yang satu kos tapi di fakultas yang sama yaitu ekonomi.
Kami pergi ke perbelanjaan yang
jaraknya lumayan jauh dari tempat kos kami. Setelah sampai, tibalah bagi kami
saat berburu. Mulai dari baju, sepatu, bawahan, serta barang-barang lainnya
yang bisa dibilang aneh. Jujur, kami tidak sempat mandi saat itu karena kami
khawatir jika kami tidak bisa mengumpulkan semua barang yang diminta.
Kami kembali ke kos dengan semua
buruan kami pada jam hampir 9 malam. Dan author pun harus nge-print artikel
yang harus diserahkan besok. Author pun pergi ke warnet terdekat, keberuntungan
memang tidak berada dipihak author saat itu L banyak pengunjung yang antre ingin
nge-print dan itu memakan waktu 1 jam. Jam 10 author baru kembali ke kos dan
itu pun author harus mempersiapkan untuk besok.
Entahlah author tidak seberapa ingat
tidur jam berapa tapi yang pasti author sangat teramat lelah. Tidur pun serasa
hanya numpang memejamkan mata sesaat. Jam 4 pagi kami bangun dan segera bersiap
karena sebelum jam 5 kami sudah harus berkumpul di lapangan fakultas.
Terkejutlah kami karena kami pikir
OKKAPS kali ini tidak akan di”gembleng”. Tapi perkiraan kami salah besar.
Beberapa meter dari pintu gerbang fakultas sudah berdiri kakak senior yang
memakai pita merah di lengan kanannya.
Dengan kerasnya dia berteriak,”LARI!”
Terkesiaplah kami, dan mau tidak mau
kami harus berlari hingga masuk ke lapangan. Tidak hanya satu melainkan banyak
kakak senior berpita merah yang sudah siap untuk mengeksekusi kami para maba.
Kami dibariskan di lapangan dan
mereka berteriak,”TUNDUK!” dan itu artinya kepala kami harus menghadap ke bawah.
Sungguh hal yang menyebalkan.
Mereka menyebutnya sidak. Semua
barang bawaan kami harus dikeluarkan. Mereka satu persatu mengecek apakah sudah
membawa semua atau belum. Bagi yang tidak membawa harus maju ke depan membuat
barisan sendiri. Kami pun “diteriaki” oleh mereka. “Kenapa kalian tidak
membawa?!” tanya mereka dengan nada suara keras. Teman kami pun hanya bisa diam
menaggapi pertanyaan mereka. Kami seperti anak kecil yang harus tunduk pada
yang lebih besar.
Jika ingatan author tidak salah kami
diberi materi juga dihari itu.
Pada jam makan siang, kami di
tempatkan dalam satu kelas. Kami bisa dibilang bersenang-senang saat itu.
Sampai pada saat si pita merah masuk dengan menendang pintu kelas. Kami tentu
saja shock jantung. Bayangkan saja kami sedang asyiknya mengobrol dengan kakak
pendamping dan tiba-tiba saja pintu terbuka dengan suara seperti petir sedang
menyambar.
Kami pun disidak lanjut. Semua barang
kami dikeluarkan semua dan diperiksa satu persatu. Maba yang membawa barang
yang tidak sesuai wajib maju. Dan mereka pun dibawa keluar untuk mendapat
wejangan yang pahit. Dengan bentakan tentu saja.
Setelah itu kami diberi materi untuk
barang yang harus dibawa besok. Barang yang harus dibawa pun tidak sedikit
jumlahnya malah semakin banyak. Bagaimana tidak kami frustasi dengan tindakan
si pita merah?
Kami pun pulang sekitar jam 3-4 sore.
Kami terpaksa tidak kembali ke kos melainkan berburu barang lagi hingga malam.
Dan lagi-lagi kami tidak mandi. :P tapi jangan salah, kami tetap mandi meskipun
sudah jam 9-10 malam. TT
Keesokan paginya, sama seperti
kemarin.
Jika ingatan author benar selama
OKKAPS kami para maba hanya diberi materi seputar kampus. Dan kami dipisah
dalam beberapa kelompok. Disetiap kelompok wajib membuat yel-yel kreatif untuk
diadu dengan kelompok lain.
Masih dengan cara yang sama di jam
makan siang para pita merah masuk dengan menendang pintu hingga pintu itu
hampir rusak, pikir author :P sidak pun tetap berlanjut.
Begitu seterusnya sampai pada hari
terkahir OKKAPS.
Kami dari seluruh fakultas
dikumpulkan manjadi satu di sebuah gedung. Didalamnya sudah berdiri rapi
stan-stan unit kegiatan mahasiswa atau biasa disebut UKM. Kami akhirnya isa
merasa santai meskipun si pita merah berada di tengah-tengah kami para maba.
Seluruh UKM tampil disebuah panggung untuk unjuk kebolehan dari UKM-nya.
Kami pun bersenang-senang disana dan
dari setiap fakultas menampilkan kreasi yang pastinya seru serta menarik.
OKKAPS pun selesai.
Tapi penderitaan kami belumlah usai.
Masih ada acara MAPELKA.
Mapelka diadakan di daerah pegunungan
di kota kami. Kami kumpul di lapangan pagi-pagi buta. Seperti biasa kami wajib
membawa barang-barang. Dan seperti biasa juga diadakan sidak pagi hari.
Kami pikir si pita merah sudah musnah
tapi kami salah. Justru si pita merah yang mengomando kami. Sungguh malang
nasib kami L
Tak selesai sampai disitu. Kami harus
menaiki sebuah truk untuk menuju tempat perkemahan. Ya, mapelka seperti camping
hanya saja tidak seseru camping yang sebenarnya :P
Perjalanan memakan waktu 1-2 jam.
Bayangkan saja kami berdiri di truk yang jalannya bisa dibilang kasar. Kami
tahu sekarang bagaimana perasaan si sapi saat dibawa menggunakan truk J
Sesampainya disana kami harus
berjalan menju tenda yang sudah siap pakai di tengah tanah lapang. Ada 4 tenda.
2 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan. Kami pun dibariskan dan dibagi sesuai
dengan tenda. Setelah itu kammi diperintakan untuk beristirahat.
Selama mapelka kami lebih banyak
istirahat dari pada kegiatan. Jujur author pernah mengalami yang lebih parah
dari mapelka ini. Author akan menceritakan pengalaman author di lain kesempatan
J
Kami diberi makan 3 kali sehari.
Tidak di OKKAPS maupun mapelka si pita merah selalu keras. Tapi entah mengapa,
atau hanya perasaan author saja si pita merah melunak pada kami.
Jika kami ingin ke kamar kecil, kami
dikawal serta tak diberi kesempatan privasi. Kami terpaksa harus berlima dalam
satu kamar mandi. Kita diajarin untuk jorok, pikir author :P JustKid.
Tak hanya itu, kami harus dan wajib
bangun di pagi buta dengan suhu paling rendah di gunung itu. Kami semua hampir
menggigil. Dinginnya melebihi suhu terendah AC dirumah. Baru pertama kali
author menggigil sedemikian hebat seperti itu. Serta kami mau tidak mau harus
makan dalam gelap tanpa cahaya sedikit pun. Jadi bisa diartikan kami tidak tahu
apa yang kami makan pada malam hari. >.<
Sekali lagi kami dibagi dalam
beberapa kelompok dan membuat yel-yel serta mempersiapkan persembahan untuk
malam api unggun seperti pentas seni.
Malam terakhir kami disuruh tidur
cepat. Kami pun tidur karena kami kelelahan. Tapi pada saat tengah malam, tidak
tahu jam berapa, kami semua di”gebrak” untuk bangun dan keluar dengan cuaca
sedingin kutub utara.
Kami pun dipisahkan maksudnya kami
disuruh untuk keliling hutan ke pos-pos yang sudah disiapkan oleh kakak
panitia. Tanpa berbekalkan senter, karena semua senter diambil oleh “mereka”.
Kami pun terpaksa jalan dalam gelap sambil bergandengan tangan. Jalanan begitu
curam dan sempat salah satu dari teman kami hampir terjatuh ke jurang.
Kami diberi hanya satu buah senter
dengan baterai terbatas. Jika tidak berhemat maka matilah kita di hutan
>.</
Untunglah kelompok kami memiliki
ketua yang cepat tanggap dan tangkas sehingga semua dari kami bisa sampai ke
pos terakhir dengan semangat meskipun ada kejadian lucu dan memalukan yang
tidak akan author ceritakan disini.
Nah, keesokan paginya kami masih
harus “nyebur”, basah-basahan di salah satu bendungan air di gunung itu. Dengan
air sedingin es kami menyelupkan kaki kami sampai ke atas lutut. Dengan ketua
kami di depan menyuarakan sumpah mahasiswa. Ya, kami sama-sama menyuarakan
sumpah mahasiswa dalam keadaan setengah basah. Bbbrrrrr......
Setelah itu kami kembali ke tenda dan
merapikan semua barang kami. Maka naiklah kami ke kendaraan mewah kami yaitu
truk. Semua barang dinaikkan lalu kami para manusia naik. Kkkkk~
Dengan panas matahari yang tak
tertahankan kami pulang kembali ke kampus. Tak terbayangkan betapa kotornya
muka kami saat turun dari truk. Penuh dengan debu hitam dan kotoran.
Kami tak serta merta pulang. Kami
harus menunggu barang-barang kami yang tersita serta mengenalan terhadap si
pita merah. Kamilah yang berkuasa disini. Si pita merah tidak akan pernah kami
maafkan. Kkkkkk~ tapi toh kami maafkan juga....hahahaha :P
Baiklah friends, itulah sedikit dari
pengalaman author yang bisa author bagikan pada kalian semua. Semoga info ini
dapat berguna dan bisa bermanfaat bagi friends sekalian. God bless and have a
nice day J
No comments:
Post a Comment