2013/11/01

StoRy: Absolute Boyfriend

Cast: Kim Yu Ra, Kim Jong Woon
Genre: Sad, Romance, Teen
OneShoot
Tik Tok Tik Tok...
Begitulah jam berdetik setiap harinya. Jam yang tak pernah berhenti satu detik pun, sama seperti kehidupan yang harus terus berjalan. Sinar matahari pagi dan suara dari gonggongan anjing semakin meramaikan hari yang sangat spesial bagi gadis muda bernama Kim Yu Ra. Gadis yang tengah tertidur di tempat tidurnya yang nyaman itu pun perlahan menggeliat. Matanya mengerjab-erjab karena silaunya sinar matahari. Diusapnya pelan kedua mata mungilnya dan menoleh ke sisi samping tempat tidurnya.
Dilihatnya sosok pria yang sangat dicintainya. Pria berkulit putih berambut coklat inilah yang membuat hari Kim Yu Ra semakin berwarna. Didekatinya sosok pria disampingnya itu. Wajah polos yang terukir indah di setiap lekukan wajahnya membuat Yu Ra tak pernah bosan untuk menatapnya lama. Senyumnya perlahan mengembang mengingat tingkah kekanak-kanakan kekasihnya itu.
Pria itu perlahan menggerakkan tubuhnya. Terkesiaplah Yu Ra dan segera memosisikan dirinya ke sisi tempat tidurnya. Matanya tak pernah lepas dari gerakan tubuh lelaki pujaannya itu. Pria itu perlahan membalikkan badannya dan membuka mata. Matanya begitu indah dibawah terpaan sinar matahari pagi.
“Pagi oppa”, sapa Yu Ra.
Yu Ra segera bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian keluarlah Yu Ra dengan pakaian sudah rapi dan bau aroma bunga sakura menyerbak keluar dari tubuh Yu Ra. “Ne, oppa. Yeoja-mu ini memang sudah cantik”, katanya memuji diri sendiri.
Disahutnya lengan lelaki itu,”Ayo oppa. Kajja mandi. Kau tidak ada kerjaan kan hari ini? Kita jalan-jalan yuk?” Yu Ra menarik lengan kekasihnya yang masih betah di tempat tidur dengan semangat penuh. Sampai akhirnya perjuangan Yu Ra terbalas. Lelaki itu bangun dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi.
Selagi kekasihnya itu mandi, Yu Ra merapikan tempat tidur yang masih berantakan karena ulah mereka berdua. Setelah itu disiapkannya pakaian yang cocok untuk kekasih hatinya itu.
Beberapa saat kemudian keluarlah sosok pria bertubuh lapang dan tegap dari kamar mandi. Dia hanya berbalutkan handuk di bagian bawah sehingga dadanya yang bidang itu terlihat. Rambutnya masih basah karena keramas. Tanpa banyak menunggu dia menyambar baju yang telah Yu Ra siapkan di atas meja. Sedangkan Yu Ra sekarang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
“Ah, kau tampan oppa”, puji Yu Ra. “Kemarilah aku sudah membuatkan sarapan yang lezat untuk kita berdua.” “Semua hari spesial, oppa. Karena ada oppa disampingku”, gombal Yu Ra. Mereka duduk berhadapan. Makanan pun telah tertata rapi di depan mata mereka. Dilahapnya sarapan itu dalam keadaan tenang.
“Oppa, setelah ini kita ke taman ne?” ajak Yu Ra. Semburat senyuman langsung terpancar setelah lelaki itu mengangguk setuju.
08.00 waktu Korea
Yu Ra menghirup udara dalam-dalam seakan tidak akan ada lagi udara semacam ini. Dilihatya wajah kekasihnya itu lekat-lekat. “Wae? Apa aku tidak boleh melihat wajah kekasihku ini?” bibir Yu Ra memaut. “Oppa, jangan acak rambutku. Kajja, kita jalan”, ajak Yu Ra bersemangat sambil merapikan poninya yang diberantakkan oleh kekasihnya itu.
Disepanjang perjalanan terhampar padang bunga yang sedang bermekaran. Angin berhembus sepoi-sepoi seakan mendukung acara jalan-jalan mereka. Digandengnya tangan kekasihnya itu. Mereka pun berjalan dengan senyum.
“Oppa, seharusnya kau bawa kameramu itu. Pemandangan disini sangat indah”, ujar Yu Ra. “Ne, aku juga tidak kepikiran”, kata Yu Ra lagi terkekeh.
Mereka jalan di jalan setapak yang telah tersedia. Tidak banyak orang yang menikmati indahnya hari itu. Jadi mereka dapat dengan bebas meluapkan rasa cinta mereka di padang bunga nan indah ini.
“Oppa kemarilah”, Yu Ra melepas genggamannya dan berlari ke arah bunga yang mekar dengan sempurna. Bunga dengan warna sembur kemerahan sama seperti wajah Yu Ra disaat malu. “Aigoo, indah bukan oppa?” Tangan lelaki itu perlahan mengambil bunga itu dan menaruhnya di telinga Yu Ra. Pipi Yu Ra sempat merona oleh kelakuan kekasihnya itu.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka. Sampailah mereka di puncak sebuah bukit dengan sebatang pohon rindang disana. Duduklah mereka dibawah pohon rindang itu. Mereka saling bersandar dibawah terpaan angin pagi.
“Oppa, aku merasa damai sekali”, ungkap Yu Ra. “Aku ingin seperti ini terus oppa. Bersama denganmu selalu tanpa melewatkan satu detik pun.” Dipejamnya kedua mata Yu Ra mencoba menikmati suasana sesempurna ini. Jarang sekali dia bisa bersama dengan kekasihnya karena jadwal kekasihnya ini sangat padat hampir-hampir libur satu hari pun tak dapat. Tapi kali ini kesempatan yang langka bagi Yu Ra untuk dapat berduaan dengan kekasihnya. Tidak akan dia lepaskan kesempatan langka seperti ini.
Braaakkkk....!!!!!!!!
Tersentaklah Yu Ra karena terkejut oleh hentaman pintu yang sangat keras. Kedua mata mungilnya kini membulat sempurna. Raut wajahnya sarat akan kebingungan. Dimana dia saat ini? Tangannya tak bisa digerakkan. Seluruh tubuhnya serasa dikunci mati.
“Andwae! Andwae! Andwae! Mau bawa kemana kekasihku?! Hyaaa! Kalian!!!” teriak Yu Ra. Tubuhnya meronta ingin dilepaskan dari ikatan tali yang melilit tubuhnya. Jantungnya berdegub sangat kencang. Adrenalinnya terpompa sampai kepuncaknya.
Semua emosi berkecamuk saat itu juga dalam hati Yu Ra. Dia berteriak dan meronta tapi tak ada yang mendengar. Mereka terus saja berjalan menjauhinya.
Air mata pun menetes dari pelupuk matanya. “Kumohon jangan bawa oppa-ku. Jebal”, katanya pasrah. Sosok lelaki yang teramat dicintainya kini telah pergi bersama mereka. “Oppa, jangan tinggalkan aku. Aku tak bisa tanpamu.”
“Lihatlah dia. Dia berkhayal lagi.”
“Sungguh kasihan melihat yeoja ini. Dia begitu merana oleh kepergian kekasihnya.”
“Aku rasa dia tidak akan bertahan melewati ini semua.”
“Lihat dia terus saja meronta dan mengamuk. Aku harus memberinya obat penenang.”
Dirasanya tangan Yu Ra digenggam oleh seseorang. Tangannya begitu dingin dan asing bagi Yu Ra. “Siapa kau? Jangan berani-berani menyentuhku! Kembalikan oppa-ku! Kembalikan!!!!!!” sebuah sengatan suntikan menembus kulit mulusnya.
Beberapa detik kemudian Yu Ra merasa pening. Kepalanya mulai terasa berat dan kesadarannya pun mulai menghilang.
08.45 waktu Korea
Yu Ra menahan napasnya dan terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak begitu cepat hingga terdengar oleh telingannya. Dierjap-erjapkannya kedua matanya dan segera mencari sosok lelaki pujaannya itu. Betapa leganya ia saat melihat lelaki itu masih duduk disampingnya sambil menatap bingung Yu Ra.
“Oppa aku bermimpi buruk. Aku bermimpi kau akan meninggalkanku”, cerita Yu Ra. “Oppa, kau tidak akan pernah meninggalkanku kan?” tangan pria itu membelai lembut kepala Yu Ra. “Gomawo, oppa.”
Angin berhembus lembut menerpa rambut Yu Ra dan lelaki itu. Dilihatnya padang didepannya terhampar begitu indahnya dengan rumput yang bergoyang riang diterpa angin pagi. Awan pun bergulung-gulung berlomba menutupi mereka dari sinar matahari pagi.
Perlahan tangan Yu Ra menggenggam tangan kekasihnya. Begitu lembut seperti kulit bayi yang masih polos. Disandarkannya kepalanya di pundak lelaki itu sambil menyanyikan lagu favorite mereka. Hari itu begitu indah dan ingin rasanya waktu berhenti membiarkan mereka menikmati hari berdua.
“Seperti apa rupa kekasihnya itu?”
“Entahlah. Dia bilang kalau kekasihnya itu sangat tampan.”
“Setampan apakah dia? Apakah setampan pangeran William?”
“Haha, ngacau kau. Sudahlah, biarkan dia tidur.”
5...4...3...2...1...
“Oppa eodiga?” tanya Yu Ra sesaat setalah sadar dia sudah berada di ruangannya. Ruangan itu tampak suram karena cahaya lampu yang rebam petang. Yu Ra menoleh ke kanan dan kirinya namun nihil. Tak terlihat satu jengkal pun keberadaan kekasihnya itu. Napasnya mulai sesak, tangannya mulai berkeringat dan mengepal.
“Oppa? Oppa? Oppa!!!!!!!” teriaknya. Dia berdiri dan berlari ke arah kamar mandi. Tapi tak ditemukannya dia. Dia mencari di dapur dan jendela luar tapi tetap saja tidak terlihat batang hidung lelaki tampan itu.
“Oppa! Oppa! OPPA!!!!!!!!!” teriaknya mulai histeris. Pintu utama mendadak terbuka. Hati Yu Ra beronjak senang karena lelaki itu pun telah kembali. “Oppa? Kau dari man...” bukan kekasihnya yang dia lihat melainkan 2 orang lelaki berbaju putih datang menyergapnya. Dipegangnya kedua tangan Yu Ra kebelakang punggungnya. Yu Ra spontan memberontak dengan tindakan mereka.
“Lepaskan! Siapa kalian? Kalian yang mengambil oppa-ku kan? Kembalikan! Kembalikan!!!!!” Yu Ra menendang-nendangkan kedua kakinya kepada lelaki yang menghardiknya. Tapi percuma karena kekuatan Yu Ra tidak sebanding dengan kekuatan 2 orang laki-laki.
“Yu Ra, hentikan! Sudah cukup!” kata seorang. Tapi Yu Ra tidak mendengarnya malah terus menendang-nendang. “Yu Ra jebal, kekasihmu itu sudah tidak ada.” “Andwae, kekasihku itu ada. Kenapa kalian terus menerus mengatakan kalau kekasihku itu tidak ada? Kembalikan oppa!”
“Tsk, sanbei sebaiknya kita bius saja dia”, usul yang lain. “Jangan, kita harus membawanya padanya. Ini sudah kelewatan.”
Mereka membawa Yu Ra ke tempat penuh cahaya. Dia didudukan di sebuah kursi dengan meja besar dihadapannya. Ada sebuah kaca besar menempel indah di dinding di depan matanya.
Kedua lelaki tadi meninggalkannya sendiri di ruang putih itu. Tak lama kemudian datang seorang asing memakai baju putih juga. Dia duduk di hadapan Yu Ra sambil menatap hangat padanya. Tapi Yu Ra menatap kosong lelaki itu.
“Kembalikan oppa”, pinta Yu Ra lagi. “Kim Yu Ra, apa kau tahu dimana kita sekarang?” Yu Ra menggeleng tanda dia tidak tahu. “Aku sedang berada di bawah pohon bersama dengan kekasihku. Tapi tiba-tiba saja aku sudah berada di tempat asing ini. Itu membuatku takut terlebih karena aku melihat kalian membawa pergi oppa”, jelas Yu Ra.
Lelaki itu terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia menghela napas berat. “Sudah berapa lama kalian pacaran?” tanya lelaki itu. “5 tahun. Tunggu dulu, siapa kau?” “Aku adalah seseorang yang akan menolongmu menemukan kekasihmu.” Semburat harapan pun muncul di benak Yu Ra. “Jinja? Ah, syukurlah masih ada orang yang ingin membantuku”, katanya senang.
“Apa kau masih ingat kejadian pada tanggal 10 April 2013 pada jam 08.00 pagi?” tanya orang itu serius. Yu Ra memutar kembali ingatannya. “Ah, bukankah itu hari ini? 10 April? Dan jam 8, ah itu waktu dimana kami akan pergi jalan-jalan dan disaat yang sama aku juga berada disini.” “Benar, itu hari ini tapi bukan hari ini yang aku maksud.” Yu Ra mengerutkan dahinya. “Lalu maksud ajusshi? Jika bukan sekarang kapan lagi?” “Apa kau sudah benar-benar melupakan kejadian itu Yu Ra?” “Kejadian apa? Ajusshi jangan membingungkan aku”
“Siapa nama kekasihmu itu?” “Kekasihku? Dia bernama Kim Jong Woon. Wae?” “Dia, apa kau masih berhubungan dengannya lagi?” “Hyaaa ajusshi, aku sudah bilang jika kami tadi sedang duduk menikmati hari sebelum aku dibawa ke tempat aneh ini eoh?” “Apa dia mengatakan sesuatu padamu? Apa dia tidak bersikap aneh?” “Aniyo, dia sama seperti biasa.”
“Dengar Yu Ra, pada tanggal 10 April kau dan Jong Woon memang akan pergi jalan-jalan. Tapi acara kalian batal karena terjadi suatu kecelakaan.” Yu Ra mendengar dengan serius. Tanganya sedikit gemetar. “Kau tidak sengaja menyeberang tanpa melihat kalau ada sebuah bis yang sedang melaju kencang ke arahmu. Jong Woon dengan sigap mendorongmu ke sisi jalan dan akibatnya dia terhempas oleh bis itu.” Tangan Yu Ra mengepal kuat,”Andwae, hentikan, ini bohong.”
“Setelah kejadian itu kau panik dan tidak segera menelpon ambulance sampai pada akhirnya Jong Woon tidak terselamatkan”, kata ajusshi menutup ceritanya.
Air mata menetes dari pelupuk mata Yu Ra turun membasahi pipinya. Dia mulai sulit mengatur napasnya.
“Tidak mungkin. Kau pasti salah orang. Bukan aku. Bukan.”
“Yu Ra, lihat dirimu sekarang. Coba kau ingat kejadian setelah pemakaman kekasihmu itu.”
Air mata Yu Ra semakin deras dan tangannya mulai menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar hingga rambutnya menjadi kusut. Kakinya mulai menendang-nendang. Kepalanya menggeleng tidak aturan membuat ajusshi itu menjadi siaga.
“Yu Ra tenangkan dirimu...” suara ajusshi tiba-tiba menghilang.
Ruangan itu berubah menjadi putih dan menghilang membawa Yu Ra kembali disaat dia akan pergi bersama kekasihnya. Disaat yang sama ketika dia akan menyeberang.
10 April 2013, jam 08.00 waktu Korea
“Oppa, palliwa!” seru Yu Ra tidak sabaran ketika melihat kekasihnya itu tertinggal di belakangnya. “Tidak bisakah kau pelan sedikit eoh? Kau membangunkanku pagi sekali dihari liburku yang sangat langka ini hanya untuk menemanimu piknik”, keluh lelaki itu. “Hyyaaaa Jong Woon-ah, apa kau tidak ingin menikmati hari langka ini bersama dengan kekasihmu yang cantik dan neomu neomu yepo ini?” goda Yu Ra. “Tsk. Awas kau Kim Yu Ra!” Jong Woon mempercepat langkahnya dan lama kelamaan berlari ke arah Yu Ra. Yu Ra yang menyadari tindakan Jong Woon pun berlari kecil menjauhinya sambil menjulurkan lidah mungilnya.
“Oppa hentikan aku sudah lelah”, pinta Yu Ra yang nyaris tertangkap oleh dekapan Jong Woon. “Aku tidak akan berhenti sampai mendapatkanmu didekapanku.” Dengan satu sahutan kilat Yu Ra sudah berada dipelukan Jong Woon. Yu Ra membelalak menyadari posisinya sekarang. Angin berhembus membawa kelopak-kelopak kecil bunga dipadang yang mereka lewati. Mereka berpelukan cukup lama sampai akhirnya Jong Woon melepas Yu Ra.
“Yu Ra-ya, kau harus kuat ne? Kau harus tetap bersemangat seperti ini untukku. Kalau perlu paksa aku setiap hari untuk menangkapmu”, kekeh Jong Woon. “Aku tidak ingin melihatmu bersedih karena aku. Jaga dirimu baik-baik. Jangan telat makan” “Hyaaa, oppa berbicara seakan-akan oppa akan pergi dariku”, rengut Yu Ra. “Haha, aku tidak akan meninggalkanmu Yu Ra. Aku akan selalu berada disampingmu apa pun yang terjadi.” “Janji?” “Janji”, mereka menautkan jari kelingking mereka berdua.
“Yu Ra?”
“Hmm?”
“Saranghae”
Tiinnnnn!!!!!!
YU RA!!!!
Bruuukkkkk....
Pandangannya berubah menjadi putih dalam sekejap mata. Tanpa disadari bahwa dia sudah terkapar tak berdaya. Kedua matanya tertutup rapat seakan tidak bisa terbuka lagi. Rasa sakit yang luar biasa merayap diseluruh hatinya. Rasa kesal, marah, kecewa, dan semua emosinya berkecamuk dalam dadanya. Melihat sosok pria yang sangat dicintainya harus tertidur selamanya dihadapannya. Kedua tangannya mengepal kuat. Napasnya tak teratur. Otaknya sudah tidak bisa berpikir lagi. Sebagian jiwanya seakan pergi bersamanya.
Tes....
Air mata mengalir begitu saja tanpa adanya perintah. Dadanya begitu sakit. Tubuhnya lemas. “Eoh? Eerrrghh....arrrgghh....!!!!” serunya kesakitan. Sebilah pedang menusuk dalam menciptakan sebuah lubang besar menganga dalam hati Yu Ra. Begitu sakit hingga ingin mati rasanya.
Dia mencoba bangkit dan merangkak ke arah tubuh Jong Woon yang telah berbaring di aspal jalan. Disentuhnya wajahnya diguncangkannya tubuhnya. Tak ada respon dari Jong Woon. Diangkatnya kepala Jong Woon dan terlihat aliran darah segar keluar dari belakang kepalanya.
Tangan Yu Ra bergetar hebat tak sanggup menerima kenyataan bahwa pria yang sangat dicintainya kini sudah tak bernyawa. Yang bisa dia lakukan hanya memeluk dan menangisi jasad kekasih seumur hidupnya itu.
“Oppa, apa maksudmu melakukan semua ini untukku?
            Apa kau sengaja mengambil hari libur untuk beristirahat selamanya?
                        Kata-kata itu, yang kau ucapkan, apa kau bersungguh-sungguh dengan itu?
Oppa, jika aku tahu ini akan terjadi, aku tidak akan memaksamu untuk pergi piknik.
            Kau mengatakan bahwa kau mencintaiku tapi apa? Kau mencintaiku dengan cara meninggalkanku begini, eoh?” keluh Yu Ra di depan makam Jong Woon. Air mata tak henti-hentinya mengalir sejak awal prosesi pemakaman.
“Kau jahat oppa. Kau sangat jahat.” Hikz hikz hikz hikz.
“Yu Ra-ya, aku bahagia bisa memilikimu. Aku sangat senang sampai aku bisa melompat dari gedung paling tinggi dan masih tetap berdiri di depanmu sambil berkata, “I love you” karena aku sangat teramat mencintaimu. Yu Ra, maukah kau menikah denganku?”
Sekilas kenangan kembali berputar dibenak Yu Ra. Disaat Jong Woon akan melamar Yu Ra di taman belakang rumah mereka.
“Oppa, aku mau menikah denganmu. Inilah jawabanku untukmu.”
“Oppa, saranghae.”
“Yu Ra apa kau sudah sudah tidak apa-apa?” tanya seorang disamping Yu Ra. Perlahan Yu Ra membuka kedua matanya yang sempat tertutup itu. Dilihatnya wajah orang paruh baya yang begitu sabar dan baik memandanginya lembut.
“Ajusshi, mianhae”, kata Yu Ra dengan air mata masih mengalir mengingat kejadian itu.
“Tak apa Yu Ra. Menangislah sekuatmu jika itu bisa membuat hatimu lega dan rasa sakitmu berkurang.” “Tapi dengan menangis Jong Woon-ah tidak akan kembali”, timpal Yu Ra. Ajusshi menatap kasihan Yu Ra. Dia tidak tega melihat seorang gadis cantik nan muda ini harus mendekap di rumah sakit jiwa karena depresi akut setelah sepeninggalnya pria yang sangat dikasihinya itu.
Ajusshi itu menyerahkan Yu Ra kepada dua orang yang mengantarnya tadi. Mereka berjalan kembali ke kamar Yu Ra.
Yu Ra berjalan dengan terhuyung mendekati sebuah bingkai foto. Foto tentang dirinya dan Jong Woon. “Hiks, oppa, kau jahat sekali. Kita bahkan akan segera menikah, mempunyai banyak anak dan hidup bahagia selamanya. Tapi kenapa kau meninggalkan aku sendiri disaat begini?” gumam Yu Ra terisak oleh tangisannya.
“Yu Ra-ya, apa kau bahagia hanya dengan hidup bersamaku?”
“Hyaaa, oppa ini bicara apa? Tentu aku bahagia. Aku tidak butuh orang lain selain oppa.”
“Aku juga sangat bahagia hidup bersamamu Yu Ra. Apa pun yang terjadi ingatlah bahwa aku selalu mencintaimu. Aku ingin kau bahagia. Hiduplah dengan baik selagi aku tidak ada disampingmu, ne?”
“Hmm, ne oppa.”
Sekilas percakapan mereka di bangku taman belakang rumah mereka. Disaat mereka sedang menatap bintang dan menuliskan nama mereka berdua di kertas biru kehitaman dengan corak bintang yang bersinar terang.
“Oppa, aku akan bahagia.”
Tik Tok Tik Tok...
Terdengar suara detik jam di sebelah telinga Yu Ra. Dibukanya perlahan kedua mata mungil itu menyambut sinar mentari pagi yang sudah menerobos dengan bebas disela-sela jendela. Dia menatap ruang kamarnya yang sudah biasa ia kenal selama hampir setahun. Yu Ra menghela napas ringan dan tersenyum. Dia menoleh ke arah samping tempat tidurnya.
“Oppa, kau sudah bangun?” tanyanya pada seorang lelaki yang sudah terduduk manis disisi Yu Ra.
“Hmm, Yu Ra-ya, selamat pagi”, sahut lelaki itu dengan tersenyum manis khas selebriti dunia. Itulah yang selalu membuat hati Yu Ra luluh.
“Ne, selamat pagi..... Jong Woon-ah”

~end

No comments:

Post a Comment