2013/11/01

StoRy: My Wish

Cast: Rena, Louis, Robby
Genre: Romance, Teen
Length: OneShoot
               I wish you become my lover boy forever...
               Everytime I see you, you always make my heart beat too fast...
               I can’t help it so I let it fill my soul...
“Lou, kau sedang melihat apa?” tanya Rena yang sedari tadi melihat sahabatnya itu sedang asyik melihat ke arah lapangan basket. Benar, lapangan basket telah penuh dengan kakak-kakak senior mereka yang sedang asyik menikmati permainan mereka. Rena, gadis mungil berkulit putih mulus dengan rambut sebahu sedang duduk disebelah seorang gadis cantik dengan rambut tergerai ke belakang punggungnya.
Angin dengan lincahnya mempermainkan rambut kedua gadis itu sampai-sampai mereka harus berulang kali merapikan rambut mereka.
“Lemparkan padaku!” seru salah satu kakak senior yang berada di posisi bebas.
Bola pun datang tapi sayang kakak itu tidak menangkapnya dengan benar sehingga bola merah itu menggelinding menghampiri kedua gadis yang sedang duduk memerhatikan mereka di samping lapangan.
“Sstt, Louis, bola itu datang padamu”, bisik Rena yang dengan serius namun sedikit panik melihat bola itu semakin dekat dengan tempat mereka.
Louis pun terkesiap saat salah satu dari mereka datang untuk mengambil bola. Seorang pemuda yang tampan parasnya dengan guratan senyum tipis di sudut bibirnya. Rambutnya hitam kecoklatan dengan mata sipit berbinar terang di terpaan sinar matahari siang hari itu. Dengan napas terengah pemuda itu mengambil bola tepat di depan posisi Louis. Louis hanya bisa membatu melihat kejadian itu sedangkan Rena terheran-heran melihat tingkah sahabatnya itu. Semburat pikiran jahil pun muncul dibenak Rena.
Setelah pemuda itu pergi Rena kembali berbisik di telinga Louis,”Sstt, jangan bilang kau menyukainya?” Louis terkejut bukan main dan mendadak kedua pipinya merona malu.
“Aaaaa, dugaanku benarkan?” tebak Rena jahil. Rena mencoba menangkap sinar mata Louis tapi Louis selalu menghindar dan itu berarti memang benar.
“Hey, tidakkah sebaiknya kau mencari info tentang dia?” usul Rena.
“Tidak, aku malu”, sahut Louis.
“Ha? Ternyata sahabatku ini tahu malu rupanya”, Rena terkekeh. “Atau mau aku membantumu?” usulnya lagi. “Ah itu itu itu tidak perlu”, tolak Louis tergagap dan Rena terus menertawakan sahabatnya itu semakin membuat Louis malu.
***
“Ppsssttt, Louis, dia bernama Robby”, kata Rena membuat bingung Louis. “Iya, pria yang kau suka itu namanya Robby. Kau senangkan?” dan lagi-lagi pipi Louis merona. “Jadi namanya Robby”, kata Louis dalam hati.
Imajinasinya pun melayang jauh membayangkan dia dengan Robby jalan berdua di tengah taman yang indah dengan bunga yang sedang bermekaran.
Mereka tertawa bersama, makan bersama, dan saling bercanda bersama. Begitu indah hari itu mereka lewati berdua. Tapi sayang itu hanya sekedar imajinasi yang tak mungkin dapat terwujud sempurna.
Rena dan Louis pun pergi ke perpustakaan kampus yang berada di seberang gedung fakultas mereka. Mereka berbincang dengan serunya sampai langkah mereka terhenti oleh karena ada seorang pemuda yang dengan santainya memotong jalan mereka.
Louis membelalak melihat wajah pemuda itu. “Ah, Louis, Rena, kalian mau kemana?” tanya pemuda tampan itu. “Ah, Robby, tsk, kenapa kau menghalangi jalan kami sih? Minggir?!” seru Rena membuat Robby tersenyum jahil. “Ah, apa kau tidak merindukanku?” tanyanya jahil. Louis semakin tersentak mendengar pertanyaan Robby pada sahabatnya itu. Serentak Louis melihat ke arah Rena menunggu respon dari Rena.
“Tidak mungkin aku merindukanmu Robby”, sahut Rena santai. Jawaban Rena seakan dia sudah kenal dekat dengan Robby. Pikiran Louis pun berkeliaran tak menentu. “Rena apa kau, jangan-jangan...”
Setelah Robby meninggalkan mereka berdua, Louis langsung berjalan mendahului Rena. Rena memautkan alisnya. “Louis?” tanpa memberi jawaban Louis semakin melebarkan langkahnya.
***
“Louis, ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau menjauhiku?” tanya Rena dengan super duper kepo-nya. Louis tidak mu menatap Rena, dia hanya diam.
Rena menguncang bahu Louis membuat Louis bangkit dari bangkunya. “Rena, kita bukan lagi teman”, sepotong kalimat yang membuat hati Rena hancur seketika. Persahabatan yang dia bangun selama ini harus hancur dengan alasan yang tidak jelas. Dia bahkan tidak tahu apa salahnya pada Louis sehingga Louis berubah sikap 180 derajat seperti itu.
Louis beranjak pergi meninggalkan ruang kelas. Dia berjalan lemas melewati lapangan basket. “Hey, Louis!” seru seseorang dari belakang. Suara seorang pemuda. Louis menoleh dan mendapatkan Robby sedang berlari ke arahnya. Entah mengapa kali ini detakan jantungnya berbeda dengan detakan yang selama ini dia rasa sebelum kejadian itu.
Dia sekarang telah berani menatap kedua mata indah Robby, kakak senior yang dikaguminya. Robby terengah saat sampai dihadapan Louis yang berdiri diam melihatnya dingin. “Apa kau tahu dimana Rena sekarang?” tanya Robby saat napasnya sedikit teratur. Hati Louis sangat hancur mendengar Robby menanyakan tentang Rena bukan dirinya. Memang siapa dirinya sampai-sampai dia harus bertanya tentangnya.
Hati Louis berkecamuk marah dan kesal kepada dirinya, Rena, serta Robby. Meskipun dia tahu Robby tidak salah apa-apa. “Louis? Kau tidak apa-apa?” tanya Robby mulai khawatir. “Ah tidak, aku tidak tahu dimana Rena sekarang”, sahut dingin Louis. Lalu Louis melangkah pergi meninggalkan Robby yang masih bingung. Bukankah Louis sahabat Rena? Lalu kenapa Louis bersikap seperti itu dengan sahabatnya sendiri?
Robby pun berlari mengejar Louis. Menahan tangannya sehingga Louis mau tidak mau menghentikan langkahnya. Mereka saling bertatapan,”Jika karena aku kalian menjadi musuh maka jangan menyukaiku lagi.” Jantung Louis serasa berhenti berdetak, dadanya begitu sakit saat lelaki yang dia sukai selama ini berkata jangan menyukainya lagi. Begitu sakitnya hingga dia tidak mampu lagi berdiri. Kakinya lemas dan air mata memaksa keluar dari sudut matanya.
Robby melepas genggaman tangan Louis membiarkan tangannya jatuh terkulai. “Maaf, Rena sudah cerita semuanya kalau kau menyukaiku”, kata Robby menjelaskan semuanya. “Aku sungguh terkejut bahwa sahabat dari gadis yang aku suka juga menyukaiku. Karena itulah, aku putuskan untuk melepas Rena. Tapi ternyata kalian sudah tidak berteman lagi. Rena marah sekali denganku. Karena itulah aku mengejarmu”, jelas Robby semuanya tanpa terkecuali sebelum Louis sempat membuka mulutnya. “Lalu apa dengan melepas Rena kami bisa kembali lagi seperti dulu?” tanya Louis menuntut jawaban. “Aku tidak tahu.” “Lalu apa bisa kau melepas Rena semudah itu?” tanya Louis menyelidik. “Tidak, tapi aku lebih bahagia jika dia bahagia karena yang bisa membuat dia bahagia adalah dengan bersama sahabatnya. Sahabat satu-satunya seumur hidupnya yaitu kau, Louis Andrea.”
“Lalu bagaimana dengan perasaanku yang sudah menyukaimu selama satu tahun? Apa kau mau menghentikan rasa itu hanya dengan berkata jangan menyukaiku lagi?” protes Louis.
“Itu, maaf karena aku tidak menyadarinya. Aku sudah terlebih dahulu menyukai Rena saat kalian berpapasan denganku saat hari pertama kalian kuliah”, ujar Robby menyesal.
“Eoh? Benarkah? Hah, bodohnya diriku berharap kau menjadi milikku. Rena, kenapa dia tidak mengatakan semuanya kepadaku? Jika dia mengatakannya dari awal maka tidak akan begini jadinya. Aku benci padanya juga padamu”, ungkap Louis kesal. Hatinya sudah terlanjur sakit oleh pengakuan Robby.
Louis siap beranjak dari tempat itu tapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Rena dari kejauhan. “Maaf, aku tidak berkata jujur padamu Louis”, sesal Rena. Louis pun tak lagi mampu menahan air matanya.
Melihat sahabatnya sendiri berdiri dekat dengan orang yang sangat disukainya membuatnya semakin hancur dan sakit. Beginikah rasanya dikhianati oleh sahabat sendiri?
“Jangan dekati aku”, pinta Louis saat melihat Rena berjalan mendekatinya.
“Sekarang jawab pertanyaanku, sejak kapan kalian dekat?”
Robby dan Rena saling bertatapan. “Sehari setelah aku tahu kau menyukainya. Dia datang mendekatiku dan bilang...” “Bahwa aku menyukainya”, sambung Robby.
“Benarkah?” Louis sudah tidak bisa bernapas dengan normal. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Ingin rasanya bangun dari mimpi buruk ini. Baru kemarin rasanya dia bercakap, bercanda, bercengkerama dengan serunya bersama Rena. Tapi sekarang mereka bagaikan minyak dan air yang tidak pernah bisa bersatu kembali. Apakah ini hari dimana dia akan kehilangan sahabat serta orang yang disukainya?
“Maaf Louis, tapi aku sudah mengatakan padanya jika aku tidak bisa dan aku menginginkan kau yang bersamanya”, ungkap Rena.
Robby menunduk sedih mendengar ucapan Rena. Louis mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Louis melihat wajah Robby yang manis itu tertunduk sedih karena penolakan Rena. Jika dia tidak ingin kehilangan sahabat serta orang yang disukainya hari ini, maka pengorbananlah yang diperlukan.
Louis melangkah mendekati Rena. “Apa kau menyukai Robby?” tanyanya pada Rena. Kali ini menatap langsung ke mata bulat Louis mencari kebenaran yang dia inginkan. “Louis, aku” Rena menggigit bibir bawahnya tanda jika dia berkata iya. “Kalau begitu” Louis mengambil tangan Robby dan Rena dan menautkannya menjadi satu. “Jika kalian bahagia, maka aku pun juga bahagia.”
Setelah berkata begitu Louis memeluk erat Rena. Rena sungguh tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya ini.
Louis melepas pelukannya dan beralih meninggalkan mereka berdua. Dengan begini dia tidak akan kehilangan salah satu dari mereka berdua. “Biarlah perasaanku pada Robby kupendam sendiri hingga suatu saat nanti bisa terisi dengan sendirinya.”
               Now you with my best friend...
               And my love for you become extinct...
               I hope both of you happy eventhough my heart was growling and sick...
               I still wish you become my lover boy forever...
               This is my wish...

~end

No comments:

Post a Comment